MASJID AGUNG DEMAK |
Masjid Agung Demak dibangun oleh Wali Sanga pada masa Kerajaan Demak dipimpin Raden Fatah. Dia didirikan sebagai pusaka bagi seluruh raja di Tanah Jawa. Kini masjid tertua di Jawa ini sudah berusia lima abad dan dilindungi undang -undang sebagai cagar budaya.
Museum Masjid Agung Demak berdiri di samping Masjid. Koleksi museum terdiri dari beduk dan kentongan Wali abad ke-15, sepotong kayu dari sakatatal Sunan Kalijaga, kitab tafsir Al Qur’an Juz 15-30 tulisan tangan Sunan Bonang, Pintu Bledeg karya Ki Ageng Sela, gentong masa Dinasti Ming, maket masjid, foto-foto, dan lain-lain.
Ruang penyimpanan sakaguru di depan museum terdapat potongan-potongan sakaguru atau konstruksi utama yang sudah rusak. Empat konstruksi yang dikenal adalah Sakaguru Sunan Ampel (Surabaya), Sunan Bonang (Tuban), Sunan Gunung Jati (Cirebon), Sunan Kalijaga (Demak).
RUANG PENYIMPANAN SAKA GURU |
Sakaguru Sunan Kalijaga memiliki nama khusus yaitu sakatatal. Tatal adalah serpih-serpih kayu yang diketam. Memang dijumpai kisah dalam Babad Jaka Tingkir tentang suatu hari yang ditetapkan untuk membangun masjid. Sakaguru yang didelegasikan kepada Sunan Kalijaga, tetapi Sunan Kalijaga sendiri malahan asyik tirakatan di Pamantingan.
Sunan Bonang lalu memanggil dan menegurnya. Sunan Kalijaga tak banyak berkata. Beliau mengumpulkan serpih kayu, sisa-sisa sakaguru yang sudah jadi. Menyusunnya menjadi sebuah tiang kemudian dengan kekuatan spiritual memampatkan seluruh serpih menjadi tiang. Demikianlah mengalir kisah sakatatal yang jadi dalam waktu semalam.
Aku adalah satu dari orang-orang yang tidak akan tega menyebut kisah ini legenda. Sebab keindahannya begitu terasa menyentuh hati. Jika saja aku juga diberi anugerah untuk percaya tapi aku memang berusaha menemukan cara untukku memahami sakatatal.
Membaca Writing the Past, Inscribing the Future (Nancy Florida, 1995) aku kira mendapatkan sebagian jawabannya. Sebagai berikut yang kujumpai.
EMPAT SAKA GURU MASJID AGUNG DEMAK |
Arsitek Masjid adalah Wali Sanga, sekaligus mengatur pembagian tugas yang melibatkan semua pihak dalam pembangunannya. Para Wali sendiri akan membangun empat saka guru (tiang atau kolom utama).Wali-wali setelah Wali Sanga saka pangendhit. Ulama dan elit spiritual lainnya saka rawa. Sedangkan para adipati menyediakan balok primer, keluarga kerajaan dan bangsawan lainnya balok sekunder dan rangka atap. Elit militer menyediakan penopang rangka atap dan pagar.
Pembangunan atap dari sirap berdasarkan sami urunan kewala, yakni kontribusi rakyat.
Rencana arsitektur ini menyingkapkan skema hierarki otoritas yang rapi. Di tempat tertinggi adalah Wali Sanga, kemudian elit spiritual lainnya. Para adipati serta keluarga bangsawan saling terkait atau mendukung dalam struktur sosial politik. Pagar yang disumbangkan pihak militer menunjukkan tanggung jawab sebagai penjaga bangunan dan mengamankan perbatasan.
Perhatikan bagaimana elit spiritual memberi kontribusi tiang-tiang yang berdiri secara vertikal dan elit keraton dengan balok-balok melintang secara horizontal. Lalu bagian rakyat dikemukakan peneliti naskah kuno Nancy Florida, ‘The ‘people’ come last, in a multitude of undifferentiated ‘everyones’; they seemingly ‘just chip in’ to cover over the structure and to provide its mass.'
Hierarki yang rapi memang. Tapi kemudian terciptalah satu sakaguru dari serpih-serpih.
‘For what could be more constestatory of the rigidity of the hierarchy than the fact that its grounding authority is nothing more, or less, than a fabrication from fragments and residues?’ (Florida, 1995)
Kalijaga adalah seorang sunan yang paling di dicintai oleh masyarakat jawa, karena dia berpihak kepada orang - orang kecil maka dari itu sunan kali jaga membuat Saka tatal. dalam Saka Tatal terdapat filosofi yang dalam bahwa serpihan - serpihan atau orang - orang kecil akan bisa kuat, dan Indah jika bersatu.
MAKAM RADEN FATAH |
Di belakang museum terdapat makam Raden Patah (Sultan Demak I, 1478-1518), Raden Patiunus (Sultan Demak II, 1518-1521), Raden Trenggana (Sultan Demak III, 1521-1546), dan anggota keluarga kerajaan lainnya. Patiunus atau Pangeran Sabrang Lor adalah pemimpin armada gabungan Kesultanan Banten, Cirebon, dan Demak yang menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1521.
Makam Pangeran Seda Lepen (putra kedua Raden Patah) adalah daya tarik tersendiri. Pramoedya Ananta Toer mengisahkan di Bab 27, ‘Portugis berpesta lagi di Malaka, juga di Pasai, mengetahui bahwa Trenggono dapat naik ke atas tahta hanya dengan melalui bangkai abang kandungnya sendiri, Pangeran Seda Lepen...’
Hal serupa dikemukakan Slamet Muljana (Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara, 2005), 'Dalam Babad Tanah Jawi, disebutkan bahwa Pangeran Seda Lepen dibunuh oleh Sunan Prawata, putra sulung Trenggana...Kiranya, Pangeran Seda Lepen alias Raden Kikin merupakan penghalang bagi Raden Trenggana...untuk mewarisi tahta kesultanan Demak sepeninggalan adipatu Yunus, sebab Raden Kikin lebih tua daripada Raden Trenggana. Namun, Raden Kikin lahir dari istri ketiga, sedangkan Raden Trenggana lahir dari istri pertama. Itulah sebabnya Sunan Prawata menyirnakan Raden Kikin alias Pangeran Seda Lepen.'
MAKAM PANGERAN SEDA LEPEN (TENGAH) |
Beginilah kisah. Ketika Trenggana mati terbunuh (1546), tahta Demak dilanjutkan Sunan Prawata (anak Trenggana). Di tahun yang sama, Pangeran Arya Penangsang (anak Seda Lepen) menyerang Demak. Keraton dibumihanguskan untuk membalas kematian ayahnya serta merebut tahta.
Prawata meninggal dalam pertempuran. Sedangkan Arya Penangsang tewas ditombak Jaka Tingkir menantu Prawata. Jaka Tingkir kemudian mendirikan Kesultanan Pajang, bergelar Sultan Adiwijaya.
Perebutan tahta, merupakan kejadian yang sangat memprihatinkan dari zaman dulu sampai sekarangpun masih terjadi, saling menjatuhkan berebut menguasai negara dan uang rakyat korupsi di mana- mana.